Temukan warisan sejarah maritim dan budaya yang membentuk identitas Pulau Tidung
Pulau Tidung terdiri dari 2 bagian pulau, yaitu Pulau Tidung Besar dan Pulau Tidung Kecil. Menurut sumber cerita yang ada, pulau yang pertama kali dihuni adalah Pulau Tidung Kecil dan dengan bertambahnya tahun demi tahun, penduduk semakin bertambah dan barulah masyarakat berpindah ke Pulau Tidung Besar. Pulau ini sejak dahulu menjadi tempat persinggahan nelayan dan pedagang yang mencari perlindungan dari badai di Laut Jawa.
Pulau Tidung memiliki peran penting di masa kolonial sebagai salah satu tempat pengasingan. Konon, seorang bangsawan dari Kerajaan Tidung, Kalimantan, diasingkan ke pulau ini oleh penjajah Belanda. Dari nama inilah, Pulau Tidung mendapatkan identitasnya. Hingga kini, jejak sejarah tersebut masih hidup dalam cerita rakyat dan berbagai peninggalan yang ditemukan di pulau ini.
Sejak abad ke-16, Pulau Tidung menjadi bagian penting dari rute perdagangan maritim Nusantara. Kapal-kapal dari Jawa, Sumatra, Kalimantan, dan bahkan dari negara tetangga sering singgah di sini untuk mengambil air tawar, memperbaiki kapal, dan beristirahat.
Penduduk Pulau Tidung Berasal dari bermacam-macam suku diantaranya suku Bugis, Mandar, Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, Sumatra, Sumbawa dan Banten bahkan ada dari Batavia. kala itu agama yang dianut oleh para penduduk setempat dan pendatang adalah agama Islam, dan pada saat itu pula gunung Krakatau meletus sedang di Pulau Tidung sudah dihuni oleh banyak penduduk terutama dari keturunan para pendatang.
Pada saat ini, Pulau Tidung dikenal sebagai destinasi wisata yang menawarkan keindahan alam, budaya, dan sejarah yang kaya. Dengan pantai yang indah, terumbu karang yang menakjubkan, serta kehidupan bawah laut yang beragam, pulau ini menjadi magnet bagi wisatawan. Dengan Jembatan Cinta menjadi ikon utama pulau ini, menarik banyak pengunjung untuk datang dan menikmati keindahan alamnya. Makam Raja Pandita adalah salah satu situs bersejarah yang terletak di pulau ini, yang menjadi bukti akan keberadaan budaya dan sejarah yang kaya.
Saat ini, Pulau Tidung menjadi pelopor ekonomi biru di Indonesia dengan memadukan pariwisata berkelanjutan dan konservasi laut. Berbagai program pelestarian terumbu karang, hutan mangrove, dan budaya lokal terus dikembangkan untuk menjaga warisan pulau ini untuk generasi mendatang.